SUNGAI-SUNGAI
kecil Selimbau benar-benar mempesona. Sampai saya berpikir, kenapa
orang-orang sibuk dan berebut tiket liburan keluar negeri. Padahal,
Kalimantan Barat memiliki berjuta keindahan alam yang tak kalah dengan
negara lain.
Saat sampan yang kami tumpangi menyusuri lorong-lorong, saya merasa
berada di dunia lain. Dunia yang sebelumnya tidak pernah saya kunjungi.
Rerimbunan pepohonan dan kicauan burung serta satwa liar menyatu seirama
menciptakan nada, nyanyian alam.
Bulu kuduk saya merinding. Hutan Kalimantan Barat memberikan saya
pelajaran baru. Sayang jika hutan seindah ini harus hancur di
tangan-tangan jahil perambah hutan.
Sampan kami terus bergerak menuju sungai-sungai kecil. Tiba pada
sebuah salah satu pohon besar yang mungkin usianya sudah ratusan tahun.
“Ini pohon Rengas. Pohon ini tempat favorit kami berfoto,” ujar Walidad.
Saya pun tertarik untuk berfoto dengan pohon itu. Maklum, pohon itu
terlihat unik, karena dari pangkal batang hingga ke atas sudah tidak
lagi utuh alias “kroak”. Dan kroakan pohon itu bisa memuat dua sampai
tiga tubuh orang dewasa.
Pada saat saya ingin berfoto, tiba-tiba kulit kayu yang saya pegang
terlepas dari batang pohonnya. Nyaris saya kecebur ke sungai yang
kedalamannya mencapai empat meter itu. Beruntung Walidad cepat meraih
tas kamera saya. Jika tidak, mungkin akan tercebur bersama isi-isinya.
Kaki saya membentur lis perahu, dan sedikit cidera. Terlepas dari
peristiwa itu, saya masih bisa bersyukur karena tak jadi tercebur.
Saya tak bisa melupakan pengalaman mengikuti petualangan anggrek liar
di sungai ini. Ketika kelembapan belantara tropis menyentuh ujung
hidung saya.
Perahu terus berjalan, terbawa arus sampai ke antara interior hutan
Borneo yang penuh biji-biji anggrek hitam Coelogyne Pandurata, serta
rumpun anggrek tebu Bulbofilum yang tengah memanjat pohon setinggi 7
meter, dan segumpal tanaman anggrek dengan daun menyerupai keris.
Selimbau merupakan pintu masuk menuju kawasan Danau Sentarum, gugus
danau pasang surut di Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Sekitar
700 kilometer dari Kota Pontianak.
Jalur petualangan anggreknya meluas dari aliran Batang Belitung,
Sungai Terus, Belantik, dan Markadung. Spesies anggrek liarnya cenderung
tumbuh epifit pada pepohonan tua jenis kayu Belantik, Kawi, Mutun, dan
Putat di tepian sungai.
Menurut Walidad, Taman Anggrek Hitam Selimbau didirikan pada tahun
2007, sebelumnya diawali oleh penemuan dari seseorang ilmuwan anggrek
Cifor (Center for International Forestry Research), Leon Budi Prasetyo.
Waktu itu, kata Walidad, Leon sedang melakukan penelitian di kawasan
Taman Nasional Danau Sentarum. Saat itu, dia sering singgah di Kota
Selimbau. Dalam keisengannya dalam menyusuri
Sungai Selimbau, secara tidak sengaja menemukan habitat Anggrek
Hitam, yang kebetulan tidak jauh dari makam para Raja Selimbau. Setelah
melakukan sosialisasi dan penedakatan dengan masyarakat serta dilajutkan
demgan musyawarah, akhirnya didirikan Kelompok Wisata Anggrek Danau
Sentarum yang diketuai Abang Saharman. Sementara Abang Walidad sendiri
sebagai wakil ketuanya.
Setelah itu, kawasan itu ditetapkan sebagai Hutan Lindung dengan
taman inti seluas 5 hektar, sedangkan penyangganya sepanjang sembilan
kilometer ke arah timur dan sembilan kilometer ke arah selatan. “Maka
daerah-daerah yang terdapat Anggrek Hitam dinyatakan tertutup untuk
dieksploitasi,” terang Walidad.
Taman Anggrek Hitam Selimbau menjadi laboratorium alam, tidak boleh
diganggu dan dijaga oleh juru pelihara yang digaji oleh Pemerintah
Kabupaten Kapuas Hulu.
Menurutnya, Taman Wisata Anggerak Hitam Selimbau juga mempunyai
beberapa cabang, diantaranya di Danau Lembuyan, Pelaik, Desa Engkrengas
yang memiliki Anggrek Hitam terbaik dan terbanyak, serta Desa Benuis
yang memiliki luas 20 hektar Taman Anggrek Hitam, sebagai penyangga
Taman Anggrek Hitam di Selimbau.
Dikatakan Walidad, Anggrek yang terbaik adalah tumbuh sepanjang
lorong, kanal, atau stut jalan pintas dari Selimbau menuju Engkrengas
melewati hutan. Dan hutan itu pada jam 12 siang hari, Dimana sinar
matahari tidak mampu menembus ke bawah. “Sedangkan turis-turis bisa
menikmati perahu yang melalui di air yang tenang sambil berbaring dan
membelai anggrek yang menjulur dari kayu-kayu tua,” katanya.
Berdasarkan penelitian, Anggrek Hitam yang ada di Selimbau
diperkirakan diatas 50 tahun umurnya. Populasinya sangat banyak dan
diklaim lebih baik dari Taman Anggrek di dataran tinggi Peru, Amerika.
“Januari 2016 mencapai titik terindah, karena air pasang pada titik
maksimal. Dimana pun turis yang akan mengunjungi tempat itu, yang sakit
atau yang lumpuh bisa berbaring di atas sampan, bisa memegang atau
memotret anggrek yang tumbuh dilokasi itu,” bebernya.
Untuk jenis, lanjut Walidad berdasarkan data, ada 45 jenis anggrek
yang tumbuh secara liar di Taman Anggrek Hitam dan penyangganya.
Sedangkan di Taman Nasional Danau Sentarum terdapat 155 jenis.
“Jumlahnya bisa saja bertambah,” lanjutnya.
Menurut Walidad, Anggrek Hitam memiliki keistemewaan, dari segi mitos
mempunyai kekuatan tertentu, bahkan pada film Anaconda III yang konon
proses sutingnya ada di puncak hulu Kapuas, Anaconda itu akan hidup
abadi apabila memakan bunga Anggrek Hitam.. Selain itu Anggrek Hitam
adalah tanaman lanka dan hampir punah, masuk ke Apendik I. “ Karena
saat itu hanya mampu berdaun dua atu empat lembar pertahun. Jadi apabila
kita mengambil satu rumpun maka baru bisa pulih dalam waktu 10 tahun
yang akan datang. Maka dilarang untuk dieksport atau diternakan di rumah
penduduk,” paparnya.
Saat ini, lanjut Walidad, tim peneliti sedang melakukan perkecambahan
biji Anggrek Hitam dari spora pembibitan dalam botol. Yang kemungkinan
bisa menghasilkan 70 ribu bibit yang baru.
Wow, luar biasa. Tak heran jika Selimbau dijuluki, Sepenggal Surga di Jantung Borneo. (arief nugroho)
*Sumber :
http://www.pontianakpost.com/dunia-lain-di-taman-anggrek-hitam-selimbau