Oleh: Ustadz Abdullah Haidir, Lc.
Saya beberapa kali dikirimi pertanyaan tentang ucapan selamat pada hari Idul Fitri, benarkah ucapan seperti “Minal aidin wal fa’izin…
mohon maaf lahir batin..” adalah ucapan yang tidak boleh diucapkan
sebagai ucapan selamat pada hari Idul fitri. Dan yang benar adalah
ucapan taqabbalallahu mina wa minkum.
Menyatakan bahwa ungkapan “taqabbalallahu minna wa minkum” sebagai tahni’ah
(ucapan selamat) yang lebih utama saat Idul Fitri memang ada benarnya
karena terdapat riwayat bahwa para sahabat saling mengucapkan demikian
pada hari Id. Meskipun para ulama juga sempat memperbincangkan derajat
riwayat ini dan juga kesimpulannya. Akan tetapi menyatakan tidak boleh
mengucapkan redaksi lainnya, apalagi yang sudah kadung akrab diucapkan
dan didengar di tengah masyarakat seperti ucapan “Minal aidin wal fa’izin”
atau “mohon maaf lahir batin” adalah sikap yang terlalu terburu-buru
menghukumi sesuatu, bahkan cenderung tidak bijak menyikapi keragaman dan
hanya akan menambah kebingungan sebagian awam, atau bahkan sedikit atau
banyak dapat menimbulkan gesekan yang tidak perlu.
Idul Fitri, sebagaimana Idul Adha, adalah hari raya umat Islam.
Selain memiliki nilai ibadah dengan ritual tertentu, hari Id,
sebagaimana umumnya hari raya, juga sarat dengan muatan-muatan sosial,
dan efeknya adalah pengaruh adat dan budaya setempat sedikit banyak akan
mempengaruhi. Maka, disamping perkara-perkara ibadah yang sama
disepakati, tak mengherankan jika Idul Fitri di berbagai belahan dunia
Islam memiliki ciri khas, adat dan budaya tersendiri. Seperti dalam hal
makanan, pakaian, hiasan dan ornamen dan symbol-simbol, hingga masalah
kebiasaan di tengah masyarakat, seperti mudik, saling berkunjung, dll.
Akan tetapi substansinya sama, kegembiraan, kebahagiaan, dan kesemarakan
dalam naungan iman di antara kaum muslimin. Sejauh ini, tidak ada yang
mengingkari adanya budaya dan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda antara
satu negeri dengan negeri lainnya.
Termasuk yang dapat dimasukkan dalam hal ini adalah masalah tahni’ah (ucapan selamat). Masing-masing negeri biasanya memiliki tahni’ah
yang khas di hari raya ini. Maka memaknai masalah ini dari sudut
pandang budaya dan adat istiadat, lebih ringan dan lebih luwes ketimbang
dilihat dari sudut pandang ibadah semata, atau dinilai secara hitam
putih, sehingga memberikan kesan agama ini terasa sempit dan anti adat
istiadat.
Bahkan di negeri-negeri Arab pun, selain ucapan ‘taqabbalallahu minna wa minkum’ juga biasa diucapkan tahni’ah dengan redaksi beragam, seperti: ‘kullu aamin wa antum bikhairin’, ‘Iedun sa’iid’, ‘Id mubaarak’
plus doa-doa yang biasanya menyertai. Ucapan-ucapan tersebut tentu saja
tidak ada riwayatnya dan sandaran dalilnya, namun tidak kita dengar
pendapat ulama mu’tabar yang mengingkarinya. Karena memang ini
hanyalah masalah adat istiadat yang semestinya disikapi dengan luwes dan
hukum asalnya adalah boleh, sepanjang tidak menabrak kaidah-kaidah
syariat secara prinsip.
Jadi, ucapan ‘minal aidin wal faizin’ atau ‘mohon maaf lahir
batin’ dapat dipahami dari sisi ini, dan karenanya dia tidak terlarang
diucapkan, anggaplah hal itu bagian dari keragamana budaya yang menjadi
khazanah Islam, khususnya di negeri kita.. Wallahu a’lam.
(Manhajuna/IAN):http://manhajuna.com/benarkah-tidak-boleh-mengucapkan-minal-aidin-wal-faizin-pada-hari-idul-fitri/
0 komentar:
Posting Komentar